Perang terhadap praktik perjudian online (judol) semakin menyingkap fakta mengejutkan. Aparat penegak hukum lintas negara berhasil membongkar jaringan bandar judi online asal Tiongkok yang beroperasi di lima negara berbeda, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Jaringan ini disebut sebagai salah satu yang terbesar dengan perputaran uang mencapai miliaran dolar AS.
Jejak Jaringan Lintas Negara
Menurut laporan yang dirilis kepolisian internasional, jaringan bandar judol asal Tiongkok tersebut menjalankan operasi mereka di Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Indonesia. Setiap negara dijadikan basis operasional dengan peran berbeda.
- Filipina dijadikan pusat server dan lisensi palsu.
- Kamboja menjadi lokasi call center dan operator lapangan.
- Laos dan Myanmar dipakai sebagai jalur pencucian uang.
- Indonesia difokuskan sebagai pasar utama dengan jutaan pemain aktif.
“Modus mereka sangat terstruktur. Server disamarkan, transaksi keuangan dialirkan lewat rekening penampungan, sementara promosi masif dilakukan di media sosial. Semua dikelola dengan sistem perusahaan profesional,” ujar seorang pejabat interpol dalam konferensi pers.
Keterlibatan Warga Lokal
Meski dikuasai oleh bandar Tiongkok, jaringan ini memanfaatkan tenaga kerja lokal di negara-negara operasional. Di Kamboja misalnya, ratusan pekerja direkrut untuk melayani pemain melalui aplikasi pesan instan. Di Indonesia, ribuan orang direkrut menjadi “agen lapangan” untuk menarik pemasang dengan sistem komisi.
Banyak dari pekerja ini mengaku dijebak dengan janji pekerjaan legal, namun akhirnya dipaksa bekerja di pusat judi online. Bahkan, beberapa laporan menyebut ada praktik perbudakan modern di balik bisnis ini.
Omzet Fantastis
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa jaringan ini mampu menghasilkan perputaran uang lebih dari USD 3 miliar per tahun. Dana tersebut dialirkan melalui rekening di berbagai negara, termasuk penggunaan kripto untuk menghindari jejak transaksi.
Di Indonesia saja, kerugian sosial akibat judi online ini diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Banyak keluarga hancur karena kecanduan, sementara praktik kriminal seperti penipuan dan pemerasan muncul sebagai dampak lanjutan.
Operasi Bersama Lintas Negara
Pengungkapan jaringan ini bukan hal mudah. Dibutuhkan kerja sama dari berbagai lembaga penegak hukum, termasuk Interpol, kepolisian ASEAN, dan aparat keamanan Tiongkok sendiri. Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan lokasi digerebek dan ratusan orang ditangkap.
“Operasi ini adalah bukti nyata pentingnya kolaborasi lintas negara. Tanpa kerja sama, mustahil membongkar jaringan sebesar ini,” ujar pejabat kepolisian Filipina yang terlibat dalam operasi gabungan.
Respons Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia menyambut baik hasil operasi tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan pihaknya akan terus memperkuat pemblokiran situs, namun juga mengakui bahwa jaringan internasional semacam ini tidak bisa diberantas hanya dengan cara teknis.
“Kami bekerja sama dengan kepolisian untuk memburu agen lokal yang menjadi perpanjangan tangan bandar luar negeri. Judi online bukan hanya masalah kriminal, tetapi juga ancaman sosial,” ujar juru bicara Kominfo.
Tuntutan Transparansi
Sejumlah organisasi masyarakat sipil mendesak pemerintah agar lebih transparan dalam mengungkap kasus ini. Mereka khawatir jaringan bandar internasional melibatkan oknum aparat atau pejabat lokal.
“Kalau hanya pemain kelas bawah yang ditangkap, sementara bandar besar tetap bebas, itu tidak akan menyelesaikan masalah. Harus ada keberanian membongkar siapa pun yang terlibat, termasuk oknum pejabat,” tegas seorang aktivis anti-judol.
Penutup
Kasus pembongkaran bandar judi online asal Tiongkok di lima negara menunjukkan betapa luasnya jaringan kejahatan lintas batas ini. Dengan omzet fantastis dan modus operandi canggih, judi online menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Masyarakat kini menunggu langkah nyata dari pemerintah masing-masing negara, terutama Indonesia, untuk menindak tegas para pelaku dan memastikan praktik ini tidak terus merusak generasi muda.